Penyusutan Aktiva Tetap

kereta-api
Pada PT. Kereta Api (persero) Daop 2 Bandung penyusutan aktiva tetap dihitung berdasarkan umur ekonomisnya dengan menggunakan metode garis lurus (straight line method) yaitu dengan persentase tetap (tarif yang digunakan setiap tahunnya tetap) dari nilai perolehannya kecuali tanah dan aktiva tetap dalam proses yang tidak disusutkan, dan aktiva tetap yang telah habis umur ekonomisnya tetapi masih digunakan dalam operasi perusahaan karena tidak perlu disusutkan lagi.

Dalam penetapan umur ekonomis aktiva tetap dan tarif penyusutan aktiva tetap ditentukan oleh PT. Kereta Api (persero) pusat, sehingga PT. Kereta Api (persero) Daop 2 Bandung tidak mempunyai wewenang untuk ikut andil dalam penetapan umur ekonomis suatu aktiva tetap dan tarif penyusutan aktiva tetap, PT. Kereta Api (persero) Daop 2 Bandung hanya menjalankan perintah sesuai dengan ketentuan yang dibuat oleh PT. Kereta Api (persero) pusat.
Metode yang digunakan PT. Kereta Api (persero) Daop 2 Bandung sudah baik, karena tarif yang digunakan untuk menghitung penyusutan sudah ditentukan oleh pusat sesuai dengan umur ekonomis aktiva tetap, seperti aktiva tetap yang memiliki umur ekonomis 40 tahun maka tarif penyusutan sebesar 2.5% sedangkan kelompok aktiva tetap yang memiliki umur ekonomis 5 tahun maka tarif penyusutan sebesar 20.0%, hal ini dapat mempermudah dalam menghitung penyusutan.
Metode penyusutan aktiva tetap yang digunakan di PT. Kereta Api (persero) Daop 2 Bandung adalah metode “Garis Lurus” (traight line method), yaitu metode penyusutan dengan menggunakan presentase tetap (tarif yang digunakan setiap tahunnya tetap) sesuai dengan umur ekonomis aktiva tetap yang bersangkutan. Untuk masa sekarang ini tarif penyusutan untuk masing-masing golongan aktiva tetap PT. Kereta Api (persero) Daop 2 Bandung telah ditetapkan dengan surat keputusan bersama (SKB) menteri keuangan dan menteri perhubungan No. KM.96/LD.302/Phb-79 dan No. 127/KMK.07/1979 tanggal 30 maret 1979 tentang penyelesaian pendirian perusahaan jawatan kereta api.
Adapun tarif penyusutan aktiva tetap PT. Kereta Api (persero) Daop 2 Bandung yang ditetapkan dengan menggunakan metode garis lurus (straight line method) adalah sebagai berikut:
Kelompok aktiva tetap yang memiliki umur ekonomis lebih lama maka tarif penyusutan akan lebih kecil hal ini disesuaikan dengan umur ekonomisnya agar nilai aktiva tetap tidak habis sebelum umur ekonomisnya berakhir, sedangkan kelompok aktiva tetap yang memiliki umur ekonomis lebih singkat maka tarif penyusutan akan lebih besar hal ini disesuaikan dengan umur ekonomisnya agar nilai aktiva tetap habis pas pada waktu umur ekonomisnya berakhir. Seperti kelompok aktiva tetap yang memiliki umur ekonomis 40 tahun maka tarif penyusutan sebesar 2.5%, pada kelompok aktiva tetap yang memiliki umur ekonomis 25 tahun maka tarif penyusutan sebesar 4.0%, pada kelompok aktiva tetap yang memiliki umur ekonomis 20 tahun maka tariff penyusutan sebesar 5.0%, pada kelompok aktiva tetap yang memiliki umur ekonomis 10 tahun maka tarif penyusutan sebesar 10.0%, sedangkan kelompok aktiva tetap yang memiliki umur ekonomis 5 tahun maka tarif penyusutan sebesar 20.0%.
Tabel: Tarif Penyusutan Aktiva Tetap
No
Kelompok Aktiva Tetap
Umur Ekonomis (TH)
Tarif Penyusutan (%)
I







II






III
Sarana Gerak
1. Lokomotif uap
2. Lokomotif listrik
3. Lokomotif diesel
4. Kereta rel listrik
5. Kereta rel diesel
6. Kereta
7. Gerbong
Prasarana
1. Instalasi telekomunikasi
2. Instalasi listrik
3. Instalasi air dan minyak
4. Gedung dinas
5. Kelengkapan pelabuhan
6. Tanah
Fasilitas
1. Kendaraan bermotor
2. Barang inventaris
3. Mesin dan peralatan
4. Instalasi bergerak

40
25
25
25
25
40
40

20
20
20
40
40
20

5
10
10
10

2.5
4.0
4.0
4.0
4.0
2.5
2.5

5.0
5.0
5.0
2.5
2.5
5.0

20.0
10.0
10.0
10.0

Semua jenis aktiva tetap, kecuali tanah akan semakin berkurang kemampuannya untuk memberikan jasa bersamaan dengan berlalunya waktu. Berikut ini merupakan beberapa pengertian dari penyusutan (depresiasi):

Menurut Jerry J. Weygandt (2007:570) yang di alih bahasakan oleh Ali Akbar Yulianto, Wasilah, dan Rangga Handika, pengertian penyusutan (depresiasi) adalah:
“Depresiasi (penyusutan) adalah alokasi biaya dari asset tetap menjadi beban selama masa manfaatnya berdasarkan cara yang sistematis dan rasional.”
Menurut Soemarso S.R (2005:24), pengertian penyusutan (depresiasi):
“penyusutan (depresiasi) adalah pengakuan adanya penurunan nilai aktiva tetap berwujud.”

Dari beberapa penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penyusutan (depresiasi) adalah penurunan nilai aktiva tetap berwujud secara sistematis dialokasikan menjadi biaya setiap periode akuntansi selama masa manfaatnya.

Sebab-Sebab Penyusutan

Menurut Warren, Reeve & Fess (2006:504) yang diterjemahkan oleh Aria farahmita, Amanugrahani dan Taufik hendrawan, sebab-sebab penyusutan yaitu: 
  1. Penyusutan fisik, Penyusutan fisik (physical depreciation) terjadi dari kerusakan dan keausan ketika digunakan dan karena pengaruh cuaca.
  2. Penyusutan fungsional, Penyusutan fungsional (functional depreciation) terjadi jika aktiva tetap yang dimaksud tidak lagi mampu menyediakan manfaat dengan tingkat seperti diharapkan.”
Menurut Kieso dan Weygandt (2003;3) yang diterjemahkan oleh herman wibowo, menyatakan bahwa faktor penyebab penyusutan adalah:
  1. Faktor-faktor fisik seperti bencana alam atau habisnya umur fisik. Faktor-faktor fisik adalah keausan, dekomposisi dan bencana yang membuat sulit bagi aktiva yang bersangkutan untuk berprestasi secara tak terbatas, faktor-faktor fisik ini menentukan batas luar untuk umur kegunaan dari suatu aktiva.
  2. Faktor-faktor ekonomi (keusangan). Factor-faktor ekonomi dan fungsional mengurangi umur kegunaan suatu aktiva, faktor-faktor ekonomi dan fungsional dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu Tidak memadai, Penggantian, dan Keusangan.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab penyusutan adalah faktor-faktor fisik yaitu terjadi kerusakan pada aktiva tetap dan faktor-faktor fungsional yaitu aktiva tetap tidak mampu lagi menyediakan manfaat dengan tingkat seperti yang diharapkan.

Faktor-Faktor dalam Menentukan Biaya Penyusutan

Menurut Jerry J. Weygandt (2007:570) yang di alih bahasakan oleh Ali Akbar Yulianto, Wasilah, dan Rangga Handika, faktor-faktor dalam menentukan biaya penyusutan yaitu:
  1. Harga perolehan
  2. Masa manfaat
  3. Nilai sisa
Menurut Warren, Reeve & Fess (2006:509) yang diterjemahkan oleh Aria farahmita, Amanugrahani dan Taufik hendrawan, faktor-faktor dalam menentukan biaya penyusutan yaitu:
  1. Biaya awal aktiva tetap
  2. Umur manfaat yang siperkirakan
  3. Estimasi nilai pada akhir umur manfaat
Kesimpulan dari faktor-faktor dalam menentukan biaya penyusutan adalah:
  1. Harga perolehan. Harga perolehan mempengaruhi biaya dari aset yang dapat disusutkan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Ingat kembali bahwa aset tetap dicatat pada harga perolehan, terkait dengan prinsip biaya.
  2. Masa manfaat. Masa manfaat (useful life) adalah estimasi masa produktif yang diperkirakan, yang disebut juga dengan umur manfaat (service life). Masa manfaat dapat dinyatakan dalam satuan waktu, unit aktivitas (seperti jam kerja mesin), atau jumlah unit yang dihasilkan. Masa manfaat merupakan estimasi (perkiraan), dalam membuat estimasi, manajemen mempertimbangkan berbagai factor yang mempengaruhi seperti cara penggunaan asset, perkiraan tentang jumlah perbaikan dan perawatan, serta kecepatan tingkat keusangan. Pengalaman masa lalu dengan asset yang sama juga sering kali membantu dalam menentukan masa manfaat yang diperkiraan.
  3. Nilai sisa. Nilai sisa (salvage value) adalah estimasi nilai aset pada akhir masa manfaat. Nilai ini bisa berdasarkan pada nilai asset sebagai nilai rongsokan (scrap value) atau nilai pertukaran (trade-in value). Seperti masa manfaat, nilai sisa merupakan estimasi. Dalam membuat estimasi, manajemen mempertimbangkan bagaimana rencana mereka untuk melepaskan aset dan pengalamannya dengan aset yang sama.

Metode Perhitungan Penyusutan

Menurut Warren, Reeve & Fess (2006:510) yang diterjemahkan oleh Aria farahmita, Amanugrahani dan Taufik hendrawan, metode perhitungan penyusutan yaitu:
  1. Metode garis lurus
  2. Metode unit produsi
  3. Metode saldo menurun
Menurut Zaki Baridwan (2008:308) metode perhitungan penyusutan yaitu:
  1. Metode Garis lurus (straight-line method)
  2. Metode Jam jasa (service-hours method)
  3. Metode Hasil produksi (productive-output method)
  4. Metode Beban berkurang (reducing-charge method)
  • Jumlah angka tahun (sum of years’-digits method)
  • Saldo menurun (declining balance method)
  • Double declining balance method
  • Tarif menurun (declining rate on cost method)
Kesimpulan dari metode perhitungan penyusutan adalah:
  1. Metode Garis lurus (straight-line method). Berdasarkan metode garis lurus (straight-line method), depresiasi besarnyabsama untuk setiap tahun masa manfaat asset. Dasar perhitungan satu-satunya adalah waktu. Supaya dapat menghitung beban depresiasi dengan metode garis lurus, adalah cukup dengan menghitung biaya yang dapat disusutkan. Biaya yang dapat disusutkan (depreciable cost) adalah harga perolehan asset dikurangi nilai sisa. Hal ini menunjukan total jumlah nilai yang dapat disusutkan. Pada metode garis lurus, untuk menentukan beban depresiasi setiap tahun adalah membagi biaya yang dapat disusutkan dengan masa manfaat aset.
  2. Metode Jam jasa (service-hours method). Metode jam jasa didasarkan pada teori bahwa pembelian suatu aktiva tetap merupakan sejumlah jam jasa langsung. Harga perolehan yang disusutkan dibagi dengan total jam jasa akan menghasilkan tarif penyusutan yang dibebankan untuk setiap jam penggunaan aktiva tetap tersebut.
  3. Metode Hasil produksi (production output method). Metode hasil produksi didasarkan pada teori bahwa aktiva tetap diperoleh untuk jasa yang dihasilkan dalam bentuk output produksi. Metode ini mensyaratkan estimasi atas total unit output aktiva tetap. Untuk dapat menghitung beban penyusutan periodik, pertama kali dihitung penyusutan untuk tiap unit produk. Kemudian tarif ini akan dikalikan dengan jumlah produk yang dihasilkan dalam periode tersebut.
  4. Metode Beban berkurang (reducing charge method). Dalam metode ini beban depresiasi tahun-tahun pertama akan lebih besar daripada beban depresiasi tahun-tahun berikutnya. Metode ini didasarkan pada teori bahwa aktiva yang baru akan dapat digunakan dengan lebih efisien dibandingkan dengan aktiva yang lebih tua. Ada 4 cara untuk menghitung beban depresiasi yang menurun dari tahun ke tahun,yaitu:
  • Metode jumlah angka tahun (sum of year’s digits method). Di dalam metode ini depresiasi dihitung dengan cara mengalikan bagian pengurang (reducing fractions) yang setiap tahunnya selalu menurun dengan harga perolehan dikurangi nilai residu.
  • Metode saldo menurun (declining balance method). Dalam cara ini beban depresiasi periodic dihitung dengan cara mengalikan tarif yang tetap dengan nilai buku aktiva. Karena nilai buku aktiva ini setiap tahun selalu menurun maka beban depresiasi setiap tahunnya juga selalu menurun.
  • Double declining balance method. Dalam metode ini, beban depresiasi tiap bulannya menurun. Untuk dapat menhghitung beban depresiasi yang selalu menurun, dasar yang digunakan adalah persentase depresiasi dengan cara garis lurus. Persentase ini dikalikan dua dan setiap tahunnya dikalikan pada nilai buku aktiva tetap. Karena nilai buku selalu menurun maka beban depresiasi juga selalu menurun.
  • Metode tarif menurun (declining rate on cost method). Di samping metode-metode yang telah diuraikan di muka, kadangkadang dijumpai cara menghitung depresiasi dengan menggunakan tarif (%) yang selalu menurun. Tarif (%) ini setiap periode dikalikan dengan harga perolehan. Penurunan tarif (%) setiap periode dilakukan tanpa menggunakan dasar yang pasti, tetapi ditentukan berdasarkan kebijaksanaan pimpinan perusahaan. Karena tarif (%)-nya setiap periode selalu menurun maka beban depresiasinya juga selalu menurun.

0 komentar:

Posting Komentar